Konfigurasi Samba Server

Praktikum Samba Server

Langkah 1. install paket samba

langkah 2. install paket samba untuk klien

Langkah 3. cek status layanan samba

Langkah 4. membuat user baru atau gunakan user yang sudah ada

Langkah 5. konfigurasi file /etc/samba/smb

buat konfigurasi diakhir baris, contoh seperti berikut:

 

Langkah 6. restart layanan samba server

Langkah 7. jalankan smbclient untuk melihat direktori yang dishare pada konfigurasi

 

Langkah 8. Pengujian dari Windows, bisa menggunakan Windows Explorer, ketikkan pada address bar: \\172.20.1.152

 

 

Catatan:

Konfigurasi samba bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

Konfigurasi Remote Server di Debian 12

Selain menggunakan telnet, untuk remote server dapat menggunakan protokol SSH, protokol Secure Shell (SSH) merupakan sebuah protokol jaringan kriptografi untuk komunikasi data yang aman, login antarmuka baris perintah, perintah eksekusi jarak jauh, dan layanan jaringan lainnya antara dua jaringan komputer.

Langkah 1. Install paket openssh-server

Langkah 2. Copy file konfigurasi file /etc/ssh/sshd_config ke /etc/ssh/sshd_config.d/

Langkah 3. Edit file konfigurasi

Ubah konfigurasi menjadi:

Langkah 4. restart layanan ssh

langkah 5. pengujian ssh

Dari klien Windows bisa menggunakan program Putty

Setelah berhasil login, Anda sudah dapat mengadministrasi server.

Konfigurasi FTP Server dengan vsftpd

Ada beberapa paket FTP Server, diantaranya vsftpd, proftpd, dan pureftpd.

Praktikkum kali ini akan dibahas konfigurasi FTP Server dengan vsftpd.

PRAKTIKUM 1. FTP SERVER UNTUK ANONYMOUS

Langkah 1. Instalasi paket vsftpd

Langkah 2. konfigurasi file /etc/vsftpd.conf

Konfigurasi agar siapa saja (anonymous) dapat mengakses server.

Langkah 3. Buat/copy file/direktori ke /srv/ftp agar dapat diakses oleh pengguna.

Langkah 4. Restart layanan vsftpd

Langkah 5. Pengujian dari klien

 

PRAKTIKUM 2. FTP SERVER DENGAN AKSES USER

Langkah 1. konfigurasi agar ftp dapat diakses dengan user

Langkah 2. Buat user baru

Langkah 3. Buat file/folder

Langkah 4. Restart layanan vsftpd

Langkah 5. Pengujian FTP Server

Dengan mengkatifkan akses oleh user tertentu maka secara default akan diarahkan ke home direktori akun yang digunakan.

Konfigurasi DHCP Server di Debian 9

Setelah memahami konfigurasi IP Address dan Subnetting, maka praktikum selanjutnya adalah membuat DHCP Server.

Langkah 1. Mencari paket isc-dhcp-server

Langkah 2. Instalasi isc-dhcp-server

Langkah 3. konfigurasi dhcp pada file dhcpd.conf

konfigurasi dhcp sesuai subnet yang digunakan

Langkah 4. menentukan interface yang akan digunakan pada file /etc/default/isc-dhcp-server

Sesuaikan dengan nama interface pada kartu jaringan Anda, dalam contoh menggunakan interface: enp0s3

Langkah 5. restart layanan dhcp

Dengan demikian konfigurasi DHCP server sudah benar dan sudah dapat digunakan.

Konfigurasi IP Address di Debian 9

Ada perbedaan konfigurasi IP Address di Debian 9 dengan versi Debian sebelumnya yaitu Debian 8.
Pada Debian 9, tidak ditemukan penamaan interface dengan nama eth0, tapi sudah berubah penamaannya disesuaikan dengan nama yang menggabungkan lokasi fisik dari konektor perangkat keras.

Namun jika Anda mau, penamaan interface tersebut dapat diganti kembali menjadi eth0

Langkah 1.

Praktikkan seperti perintah berikut:

Gambar 1. Perintah untuk mengetahui nama interface

Dari contoh di atas, maka nama interfacesnya adalah enp0s3.

langkah 2.

Selanjutnya adalah konfigurasi IP Address, dengan cara edit file:

#nano /etc/network/interfaces

Gambar 2. Konfigurasi IP Address

Untuk menon-aktifkan fungsi pengalamatan otomatis, berikan tanda # pada 2 baris seperti pada gambar. Selanjutnya ketikkan konfigurasi seperti contoh.

Langkah 3.

Agar IP Address bisa aktif, restart layanan pada network, dengan perintah:

#/etc/init.d/networking restart

Selanjutnya ketikkan perintah:

#ifconfig

maka hasilnya seperti berikut:

Memahami Subnetting pada IPV4

Untuk menghitung subnet, kita harus memahami karakteristik setiap kelas IP Address.
Dalam kesempatan ini akan dibahas berkenaan dengan Subnet IP Address Kelas C.

Karakteristik IP Address kelas C :

  1. Blok Network ID pada byte 1, byte 2, dan byte 3
  2. Blok Host ID pada byte 4
  3. Mempunyai range IP : 192 s.d. 223
  4. Subnet mask default 255.255.255.0 atau CIDR /24
  5. Alokasi untuk IP Privat : 192.168.0.0 s.d. 192.168.255.255
Contoh menghitung subnet:

Soal :
Hitung Subnet dari 192.168.1.0/25

Jawab :

Langkah 1.

Tentukan terlebih dahulu subnet mask-nya, karena menggunakan CIDR /25 berarti mempunyai bit 1 sebanyak 25, yaitu :

11111111.11111111.11111111.10000000 atau 255.255.255.128

Dari hasil di atas, harus DIINGAT bahwa perubahan hanya ada pada byte 4, sehingga didapat : bahwa jumlah bit 1 pada byte 4 berjumlah 1 dan bit 0 pada byte 4 berjumlah 7.

selanjutnya  jumlah bit 1 kita beri variabel “x” dan jumlah bit 0 kita beri variabel “y”,
sehingga nilai x : 0 dan y : 7 (jumlah ini menentukan penghitungan selanjutnya)

Langkah 2.

Selanjutnya kita hitung jumlah subnet dengan ketentuan 2x, karena nilai x : 1, sehingga :

2x = 21 = 2

Langkah 3.

Kemudian tentukan jumlah host setiap subnetnya, dengan ketentuan 2y – 2, karena nilai y : 7, sehingga :

2y – 2 = 27 – 2 = 128 – 2 = 126

Langkah 4.

Tentukan jumlah blok subnet, dengan ketentuan 256 dikurangi jumlah subnet mask pada byte 4, sehingga :

256 – 128 = 128
sehingga blok subnet nya dimulai dari 0 dan kelipatan 128, yaitu 0 dan 128, maka dapat ditentukan:
subnet 1 : 192.168.1.0
subnet 2 : 192.168.1.128

Langkah 5.

Yang terakhir kita tentukan jumlah host yang dapat digunakan pada setiap subnet-nya

subnet 1 subnet 2
subnet 192.168.1.0 192.168.1.128
Host pertama 192.168.1.1 192.168.1.129
Host terakhir 192.168.1.126 192.168.1.254
Broadcast 192.168.1.127 192.168.1.255

Dari penghitungan di atas, maka :

Alokasi host yang dapat digunakan setiap subnetnya adalah 126 host, dimulai dari 192.168.1.1 s.d. 192.168.1.126 pada subnet ke 1.

Kesimpulan :

  • Dalam menghitung subnet harus diperhatikan Subnet Mask (CIDR) yang digunakan
  • Perhatikan jumlah bit 1 dan bit 0 pada byte 4
  • Untuk nilai Broadcast dapat ditentukan dari byte 4 pada subnet berikutnya dikurang 1, contoh: karena subnet berikutnya setelah 192.168.1.0 adalah 192.168.1.128, maka  128 – 1 : 127. Sehingga Broadcastnya adalah 192.168.1.127

Referensi :

  • romisatriawahono.net
  • wikipedia.org

Memahami Terminal, Absolute Path dan Relative Path di Linux

Praktikum Perintah Dasar Linux menggunakan Debian 9.

Buka terminal, lalu akan didapati seperti berikut:

Di dalam terminal area terdapat prompt yang diakhiri dengan kursor untuk tempat mengetikkan perintah Linux. Di terminal area ini juga akan tampil hasil dari perintah yang digunakan.

Keterangan prompt:

jehabe = nama user yang sedang aktif saat ini

debian = nama komputer (hostname)

~ = direktori yang sedang aktif, tanda ~ menunjukkan bahwa Anda sedang berada di direktori /home

$ = menunjukkan bahwa Anda login sebagai user biasa, jika kemudian Anda login sebagai root maka tanda prompt akan berubah menjadi #


Mengenal Absolute Paths dan Relative Paths

Absolute Paths

Path berarti jalan atau jalur, dalam hal ini adalah jalur sebuah direktori dalam hirarki sistem Linux. Absolute path berarti sebuah jalur dimulai dari root ( / ) dan direktori yang berada dibawahnya.

Dari contoh direktori pada gambar yaitu: /home/jehabe , berarti diibawah root ( / ) terdapat direktori yang bernama home, dibawahnya terdapat direktori jehabe, dan dibawahnya terdapat direktori data, laporan dan tugas, dan seterusnya hingga sampai pada direktori yang dituju.

Relative Paths

Relative path berarti, sebuah jalur tidak dimulai dari root, tetapi dari posisi direktori terakhir.

Dari contoh di atas, direktori aktif adalah /home/jehabe . Karena Anda saat ini berada pada home direktori, maka jika inigin melihat isi direktori data tidak perlu menyertakan tanda / (slash), cukup mengetikkan: ls -l data

Memahami Struktur Direktori GNU/Linux

Direktori debian GNU/Linux tersusun secara hirarki. Berbeda dengan microsoft windows yang mengelompokkan berdasarkan partisi yang ada. Debian GNU/Linux hanya memiliki satu hirarki direktori besar yang berisi semua partisi yang ada. Direktori teratas adalah direktori root yang ditandai dengan forward slash (/).

Di bawah direktori root (/) berisi sub direktori /bin, /boot, /dev, /etc, /home, /lib, /lost+found, /misc, /mnt, /proc, /root, /sbin, /tmp, /usr, /var. Di bawah subdirektori yang telah disebutkan di atas, masih terdapat subdirektori lagi hingga berupa file saja.

Gambar 1. Struktur direktori Debian GNU/Linux


Direktori Home

Saat menjalankan Debian GNU/linux, anda akan dihadapatkan dengan direktori home sebagai direktori default buat user. Setiap user memiliki direktori home sendiri tempat penyimpanan default file-file yang telah anda buat. Setiap home user kecuali superuser (root) adalah subdirektori dan berada di bawah direktori /home. Hal ini sangat penting karena file-file yang anda buat tidak dapat disimpan kesembarang direktori pada debian GNU/Linux. Akses ke banyak direktori akan dibatasi oleh sistem kecuali jika login sebagai user root. Oleh karena itu, direktori home ini merupakan tempat penyimpanan file secara default oleh user.

Setelah Anda memahami struktur direktori di Debian, silakan pahami tentang terminal, absolute path dan relative path.

Referensi:
https://github.com/udienz/debian-ebook/blob/master/src/sistem-file-gnu-linux/memahami-direktori-gnu-linux.rst

Manajemen Paket Menggunakan Synaptic

Beberapa waktu lalu, sudah dibahas berkenaan manajemen paket menggunakan apt-get dan aptitude.
Sekarang akan dibahas manajemen paket dengan menggunakan Synaptic.
Synaptic secara otomatis akan terinstall di Debian ketika dalam instalasi kita memilih Desktop.
Tapi jika belum terinstal, kita dapat menginstalnya dengan cara:

#aptitude install synaptic

Setelah diinstall, untuk menjalankan Synaptic, caranya adalah

  1. Pilih Menu System -> Administration -> Synaptic Package Manager
  2. Setelah terbuka, pilih Setting -> Repositories
  3. Semua repositori yang ditulis di /etc/apt/sources.list akan tampil, Anda tinggal memilih yang paling ok…

Kemudian ada pilihan-pilihan menu, seperti gambar berikut:

Gambar 1. Synaptic Package Manager

Selanjutnya Anda tinggal pilih salah satu paket, kemudian pilih Apply, dan proses instalasi paket akan dijalankan…mudah bukan…semudah di Windows.
Siapa bilang instalasi software di Linux susah…?

Manajemen paket menggunakan aptitude di Debian

Beberapa waktu lalu telah dibahas manajemen paket menggunakan apt-get, nah sekarang ada juga tool di Debian untuk pengelolaan paket yaitu aptitude. Penggunaannya hampir sama dengan apt-get karena  option yang digunakan juga sama.


Contoh penggunaan aptitude:

1. Untuk mengetahui versi dari sebuah paket gunakan option versions setelah aptitude

#aptitude versions bind9 

Perintah di atas dimaksudkan untuk mengetahui versi dari paket bind9

2. Untuk instalasi paket, gunakan option install

#aptitude install bind9 

Perintah di atas dimaksudkan untuk instalasi paket bind9

3. Untuk menghapus/remove/uninstall paket, gunakan option remove

#aptitude remove bind9 

Perintah di atas dimaksudkan untuk menghapus paket bind9

4. Untuk mengupgrade sebuah paket, gunakan option upgrade

#aptitude upgrade bind9 

Perintah ini dimaksudkan untuk mengupgrade paket bind9

Demikian sekilas tentang penggunaan tools aptitude, selanjutnya akan dibahas manajemen paket menggunakan synaptic.